BUKAN LASKAR PELANGI
Di sebuah desa yang
cukup damai, dengan penduduk yang ramah terdapat 2 Sekolah Dasar (SD) yang
saling bersaing yaitu SD N Mutiara dan SD N Batu. SD N Mutiara berasal dari
keluarga kaya, sedangkan SD N Batu berasal dari keluarga kurang mampu. Akan
tetapi SD N Batu berisi anak – anak yang sangat patuh dan cerdas. Prestasi
mereka lebih unggul walaupun dengan sarana yang terbatas. Semangat belajar SD N
Batu sangat tinggi walau kadang mereka ingin agar gedung SD mereka segera
diperbaiki.
Suatu hari di SDN Batu.........
Paijo : “ Woro –
woro teman – teman aliasnya pengumuman gitu lohhh....Katanya akan ada siswa
baru
di SD kita ini, pindahan dari SD N Mutiara”
Yanti : “ Iya.....
Aku juga mendengarnya dari Bu Muslimah.... Buat apa ya dia pindah ke SD kita
ini... yang sudah mau ambruk”
( sambil menunjuk ke atap SD yang sudah rapuh
dan berlubang )
Erna : “ Ha....
ha..... kayaknya anak itu cari sensasi aja...kayak artis-artis di televisi
gitu...
( sambil tertawa )
Johan : “ Betul – betul Er... Enakan juga di SD Mutiara gedung
nya bagus...tapi kan disana ga ada anak
yang pinternya ngalahin kita, ya ga? (
berlaga sombong )
Tiba – tiba Reza datang ......................
Reza : “ Aduh teman
–temanku semua... Ga usah minder dengan keadaan SD kita... dan ga usah
iri
dengan SD Mutiara, Lihat aja di SD kita prestasi ga kalah....ya walau gedung SD
kita
belum mendapatkan perbaikan dari
pemerintah...entah kapan. tapi tetap
semangat.......!!!!!!!!!! (mengobarkan
semangat teman –teman)
Paijo : “ Iyo
Za.....Kamu kan siswa yang membuat SD kita bangga....”
Yanti : “ Anake pak
Kyai doane yo manjur” ( dengan nada sok tahu )
Erna : “
Alhamdulillah yah... he...he”
Yanti+Paijo : “ Hidup Reza
Sang juara Umum Siswa Teladan”
Reza : “ Hmmm....
bukan karena Aku saja ko.. tapi berkat kalian juga .. berkat semangat
kita
yang selalu saling membantu jika teman ada yang kesulitan mengerjakan tugas”
Bel sekolah berbunyi (tet....tet....tet....).
Siswa berbaris dan masuk kelas. Mereka duduk dengan tenang sambil membuka buku
pelajaran. Mereka sangat suka dengan guru mereka yang ramah dan cerdas yaitu Bu
Muslimah. Beliau adalah sosok guru harapan bangsa. Bu Muslimah juga sangat
sabar menghadapi bermacam–macam tingkah laku murid – muridnya.
Bu Muslimah : “ Pagi murid –
murid” ( tersenyum dengan ramah )
Siswa : “ Pagi Bu
Guru” ( serempak )
Bu Muslimah : “ Anak – anak,
apakah hari ini ada teman kalian yang tidak masuk?”
Paijo : “ Ada
Bu...”
Bu Muslimah : “ Siapa temanmu
yang tidak masuk Paijo?”
Paijo : “ Johan Bu, sakit panunya kambuh lagi Bu...ha..ha..(
tertawa terbahak – bahak )
Johan : “ Saya hadir Bu, Paijo itu kali Bu yang panunya belum
sembuh....”
Bu Muslimah : “ Sudah anak –
anak, pagi – pagi sudah senang bercanda, Paijo nanti pulang sekolah
kamu
bersih – bersih kelas dulu ya.......”
Paijo : “ Aduh
dihukum lagi...nasibku ini.....”
Johan : “ Harusnya
kamu jera Jo...Bu Guru menasehati demi kebaikan kamu...”
Yanti : “ Makanya
jangan usil ya....tapi bakal aku bantu bersih – bersih kelas ko...”
Erna : “ Ciye...
ciye.... persahabatan bagai kepompong, hal yang tak mudah berubah jadi
indah...”( sambil bernyanyi )
Reza : “ Penyanyi
kita.... Beraksi...he...he....”
Bu Muslimah : “ Sudah anak –
anak....( sambil tersenyum melihat tingkah laku murid – muridnya ).
Anak – anak kalian dapat teman baru pindahan
dari SD Mutiara, Sini nak ..perkenalkan dirimu..”
Perlahan siswa baru
tersebut masuk ke dalam kelas, dia Putri namanya. Kemudian Putri memperkenalkan
diri. Pada jam istirahat teman – teman mengobrol dengan Putri.
Putri : “ Wah
ternyata SD kalian nyaman sekali ya....”
Karno : “ Kenapa
kamu pindah ke SD kita Put?” ( Heran )
Putri : “ Aku ingin
sekolah disini. Aku sering melihat kalian bermain, begitu ceria dan Aku ingin
seperti Reza
bisa jadi siswa teladan, Aku juga mau,
makanya Aku mau pindah kesini”
Karno : “ Wahhh...
pengen jadi siswa teladan???” ha....ha......haaaa ( tertawa )
Susi : “ Kenapa
kamu tertawa Karno” ( bingung )
Karno : “ Apa kamu
bisa melewati tantangannya. Aku kira kamu tak akan sanggup.”
Putri : “ Tantangan.................siapa
takut”
Karno : “ Oke Aku
tunggu kamu di jembatan jam 4 sore ya”
Karno, Paijo, Susi, Putri
sepakat bertemu di jembatan pada jam yang telah mereka sepakati. Karno
menunjukkan rumah seseorang. Mereka menuju ke rumah tersebut dengan perasaan
was – was. Ternyata mereka menemui Mbah Dukun Tarno.
Karno : “ Permisi
Mbah “ ( sambil ketakutan )
Putri : “ Kamu
yakin kita kesini bisa jadi pandai seperti Reza?”
Karno : “ Aku yakin,
soalnya aku pernah melihat Reza masuk kerumah Mbah Dukun ini” ( berbisik )
Susi : “
Weleh - weleh...Are you sure?” ( sok
bahasa inggris)
Paijo : “ Ah kamu
Karno... meragukan kepandaian Reza ya?”
Karno : “ Ya ini kan
bagian dari usaha juga kan Jo... Berusaha gitu...
Permisi Mbah...Mbah..... ( teriak lebih
keras )
Mbah Dukun : “ Ya cucu ada apa,
silahkan masuk rumah Mbah” ( sambil membuka pintu )
Semua : “ Terima kasih
Mbah”
Mbah Dukun : “ Ada apa cucu
datang ke rumah Mbah?
Karno : “ Mbah punya
mantra – mantra yang manjur biar pintar dan bikin otak tokcer ga Mbah?”
Putri : “ Ya Mbah
agar bisa menjadi siswa teladan tahun ini “
Paijo : “ Katanya
Karno sering melihat Reza datang kesini Mbah, makanya dia bisa pintar
seperti sekarang.”
Mbah Dukun : “ Oh begitu
ceritanya.... Ya Mbah sudah tahu...Wani piro?????” ( nada bercanda ).
Mbah lalu memberikan secarik kertas kepada
mereka. Mbah Dukun meyampaikan pesan agar kertas tersebut dibaca dengan keras
di tengah halaman sekolah pada saat jam istirahat. Mereka dengan penuh harap
pulang setelah mendapat secarik kertas yang mereka anggap mantra Pintar dari Mbah Dukun.
Jam istirahat di SD Batu ......
Reza : “ Kenapa
mereka berkumpul di tengah lapangan ya?” ( heran )
Yanti : “ Lagi pada
mau berjemur kali Za , kayak orang di tepi pantai gitu”
Paijo + Karno : “ Ayo kita buka
dan baca dengan keras mantra yang telah diberikan Mba Dukun Tarno!
Susi + Putri : “ Ayoooo buka, kami juga sangat penasaran
dengan mantranya...........1..........2...........3...........”
Semua : “ MAU PINTAR
MAKANYA BELAJAR” ( membaca kertas ).
Erna + Johan : “ ha.......ha.....ha.......” ( tertawa
dengan keras )
Reza + Yanti : “ Pasti kalian
pergi ke rumah Mbah Dukun Tarno ya?”
Putri : “ Ko kamu
tahu Za... Ko malah mantranya seperti ini Za, Kamu dulu diberi mantra apa kok
bisa jadi siswa teladan?.... Kamu kan juga
sering kerumah Mbah Dukun itu?”
Reza : “ Ya tahu
lah, itu kata – kata yang sering Mbah ucapkan untuk Aku. Perlu Kalian ketahui
kenapa Aku sering datang kerumah Mbah
Tarno...Ya karena Mbah Tarno itu adalah......”
Karno : “ Adalah
siapa Za?”( sangat penasaran )
Erna : “ Adalah
kakeknya Reza, Mbah Dukun Tarno hanya seorang dukun pijat, bukan seperti
dukun yang kalian bayangkan, yang memberi
mantra – mantra, Karno dipercaya...huhhh
Johan + Reza : “ Hari gini masih
percaya DUKUN, APA KATA DUNIA?”
Ha......ha..... ( tertawa ).
Akhirya Putri, Karno,
Susi, dan Paijo menyadari kesalahan mereka. Memang benar jika ingin pintar
bukanlah dengan mantra dari mbah dukun tetapi dengan belajar keras. Itulah kunci menjadi anak yang pintar seperti
yang dikatakan Reza. Kemudiansetelah kejadian itu, setiap 2 hari sekali siswa
SD N Batu belajar kelompok bersama Reza dan kadang - kadang didampingi Ibu Muslimah. Dan pada
tahun 2012 Reza menjadi Siswa Teladan kembali.
Created@Bu_Septi
IKAN
AJAIB
Alkisah diceritakan di
sebuah desa di pesisir pantai yang indah, hiduplah seorang kakak beradik yang
pekerjaannya memancing. Mereka sangat kompak, selalu pulang dan pergi memancing
bersama. Namun wajah kedua kakak beradik itu sangatlah berbeda. Udin si kakak
sangatlah tampan, sedangkan si Tole tidak. Mereka selalu memancing di laut
dekat rumah mereka untuk menghidupi mereka dan ibunya. Hasil pancingan ikan yang
mereka peroleh dijual untuk membeli kebutuhan pokok rumah.
Biyung : “ Tole, Udin
sudah siang ko belum berangkat? ”.
Tole : “ Ya mamah
sayang, nunggu kakak lama banget di kamar mandi ”
Biyung : “ Gaya kamu
Tole... wong desa ko panggil biyung kok panggilnya mamah.....Tole
...Tole....Anake
biyung yang selalu gawe biyung seneng,
andai bapak kalian masih hidup, pasti bangga, anaknya sekarang sudah bisa cari uang sendiri” (
sedih )
Udin : “ Sudahlah
biyung... jangan dipikir seperti itu, yang penting setiap hari berdoa untuk
Bapak, disana Allah SWT sudah memberikan tempat yang paling
indah untuk Bapak” (sedih )
Biyung : “ Ya ko Din,
Biyung juga selalu doain bapak”.
Tole : “ Biyungku
semangat selaluuuuuu..... hm.............Abang mandi kok lama sekali, lagi pula
kita cuma mau memancing,
mana ada yang akan nglirik abang” ( sambil menepuk bahu Udin )
Udin : “ He...he....
Tole adikku... Mungkin kalau abangmu yang ganteng ni mandi akan tambah guanteng
tenan ...ikan – ikan juga bakal nempel
kayak perangko ha....ha...ha....” ( tertawa )
Tole : “ Opo ea
bang”
Biyung : “ Sudah sana
kalian pergi, biar rejekinya ga dipatok ayam”
Tole : “ Opone
yung yang kepatok”
Udin : “ Maksude
biyung supaya kita cepat berangkat, agar rejeki pancingan ikan kita makin
banyak begitu Tole “
Tole : “ Oh begitu
to”
Biyung : “ Pancen ya
tole, biyung lupa nyidam apa ya ko kamu beda banget sama abangmu yang pinter
dan ganteng” .
Udin + Tole : “ Pamit,
ya biyung, doakan perolehan ikan kami banyak ”
Biyung : “ Ya, nak
Biyung selalu mendoakan kalian ”
Lalu pergilah Tole dan
Udin ke tempat mereka biasa memancing. Di tengah perjalanan mereka bertemu
dengan tiga perempuan yang akan pergi mencuci di sumur desa. Lalu mereka
mengobrol.
Wati : “Eh abang
udin, mau mancing ya bang?”
Tole : “Ya nih”
Wati : “Siapa juga
yang tanya sama kamu Tole...Kakak adik beda banget kakaknya ganteng gini tapi
adiknya ......... bedanya jauh sekali
............kaya Anyer sama Panarukan”
Rinem : “ Aduh mbakyu
Wati jangan ngece gitu, Bang Tole kan
temen Rinem dari kecil, orangnya baik ko”
Udin : “ Hm....................Kamu
ko diem aja wi, ko ga tanya ma aku, padahal Wati dari tadi dah nyrocos mulu”. ( sambil menunjuk Wati )
Rinem + Tole : “ Ciye bang udin,
naksir ama Dewi tuh “ ( nada mengejek )
Dewi : “ Ya bang
Udin, Aku ma temen – temen mau nyuci, kemarin hujan jadi sekarang cucianya
numpuk,
abang mau bantuin apa?”
Udin : “ Abang mau mancing Wi, tapi kalua abang
bantuin .......mancing hatinya Dewi boleh ga?”
he...he...
( tersenyum )
Dewi : “ Ah...abang Udin bisa saja ,
gombale..............“ ( tersipu malu )
Wati : “ Cemburu
aku bang ” ( cemberut )
Tole : “ Sabar –
sabar, Wati sama abang Tole saja”
Wati : “ Mending
ga usah deh”
Rinem : “ Ya sudah
kita mau nyuci dulu ya bang, kalian mancingnya semoga dapat hasil yang banyak”
Dewi : “ Semoga
embernya penuh dengan ikan bang “
Udin : “ Oke
wi....”
Setelah obrolan mereka selesai,
Tole dan Udin pun melanjutkan perjalanan menuju pesisir pantai. Disana sudah
ada banyak pemancing ikan yang lain yang sedang konsentrasi memancing.
Kebiasaan ketika mereka memancing yaitu sambil berbincang – bincang untuk
mengurangi kejenuhan karena menunggu kail dinmakan ikan. Mengobrol adalah
hiburan mereka sambil menunggu kail dimakan ikan.
Joko : “ Wah laut
hari ini ombaknya cukup besar ya”.
Yitno : “ Iyo .....
iku kaya gep ana badai, tapi kayaknya bagus nih untuk acara mancing mania”.
Joko : “ Semoga
pancingan ikan kita banyak ya akang Yitno, kita berdoa saja,ombak yang cukup
besar tak mengganggu
kita”.
Tole : “ Abang
-abang pemancing sudah berkumpul semuanya to”.
Yitno : “ Ea,Tole,
kamu dan kakakmu tumben baru sampai”.
Udin : “ Sorry Bang
tadi habis ngobrol sama bidadari turun dari langit pada mau nyuci di sungai”.
Yitno : “ Oh Dewi
dan teman - temannya ya din, ya paman doakan kamu jadi sama dia”.
Tole : “ Ko Aku ga
di doakan juga paman”.
Yitno : “ Kamu
semoga jadi sama ikan laut saja, buruan lempar kail pancingmu semoga ada ikan
yang mau makan umpanmu”.
Tole : “ Ya Paman
”
Mereka kemudian asyik
memancing. Ember yang dibawa Tole lama – kelamaan terisi penuh oleh ikan.
Sedangkan Joko dan Yitno telah beranjak pulang, karena pancingan ikan mereka
sudah banyak untuk di jual di pasar. Tinggallah Tole dan Udin yang memancing di
pesisir itu. Tiba – tiba kail Tole dengan kuat tersentak oleh ikan. Warna ikan
sudah terlihat gemerlap seperti emas dari kejauhan.
Tole : “ Wah indah
sekali sisik ikan ini bang” ( terkejut sambil mengelus ikannya )
Udin : “ Ya
kulitnya seperti emas”
Setela dielus tiba – tiba.......
Ikan Ajaib : “ Terima
kasih, telah melepaskan aku dari kutukan”
Tole + Udin : “
Ko.....berubah ”. ( sangat terkejut )
Ikan Ajaib : “ Nama saya
adalah Ijib, Ikan Ajaib, Aku dulu adalah seorang Pangeran, tapi Raja kahyangan
tidak suka, karena aku malas belajar lalu aku dikutuk jadi ikan emas”
Udin : “ Ijibnya
adalah seorang pangeran yang malas belajar....... ha....ha...ha ( tertawa
dengana keras )”
Tole : “ Apa di
kahyangan ada sekolahan?”
Ikan Ajaib : “ Ya ada memang hanya orang di Bumi yang
sekolah “
“Aku bisa mengabulkan tiga permintaanmu,
sebagai hadiah karena kamu telah menolongku”
Tole : “ Wow kayak
Jin yang ada di televisi yang bisa mengabulkan tiga permintaan, niru yang di
tivi ya Jin?” he....he........ ( tertawa )
Ikan Ajaib : “ Kamu
mengejek aku ya” ( marah )
Udin : “ Tole hanya
bercanda jin, maafkan Tole “
Ikan : “ Ya sudah
kalian minta apa, cepat katakan atau aku akan kembali ke kahyangan”
Lalu Tole dan Udin
berunding untuk tiga permintaan tersebut. Permintaan pertama agar Rumah mereka
lebih bagus. Seketika juga rumah menjadi bagus. Ibu sampai terheran – heran
ketika sedang menyapu rumahnya berubah.
Ikan Ajaib : “ Sudah aku
kabulkan rumah yang bagus, nanti kalau kalian pulang kalian bisa lihat sendiri”
Tole : “ Ya terima
kasih Jin, permintaan kedua, Aku ingin harta karena dari mbah dulu tujuh
turunan adalah
keturunan orang kaya”
Ikan Ajaib : “ Kenapa
kalian sekarang miskin?” ( bingung )
Udin : “ Kami
turunan ke delapan........ he....he” ( tertawa )
Ikan Ajaib : “ Baik aku
kabulkan permintaanmu, sekarang dirumahmu sudah banyak uang”
Tole : “
Permintaan terakhir aku ingin jadi ganteng seperti abangku”
Ikan Ajaib : “
Ha.......ha.......ha....... ( tertawa )
Udin : “ Kenapa tertawa Ijib?”
Ikan Ajaib : “ MAU JADI
GANTENG MIMPI KALI YA”. ( memegang wajah Tole lalu menghilang )
Setelah kejadian itu,
mereka pulang. Kemudian kehidupan Tole dan Udin menjadi berkecukupan. Dengan
harta yang mereka miliki mereka juga selalu membantu tetangga bila ada yang
kekurangan.
Created@Bu_Septi